Selasa, 16 Maret 2010

cara mengenali potensi dari multiple intelegency

„Setiap anak cerdas dan unik“, hal ini harus benar-benar dipahami oleh orangtua dan pendidik. Walaupun seorang guru di Pra—Sekolah tidak dapat menggantikan peran orangtua sebagai penanggung jawab pendidikan anaknya, namun tugas guru di sekolah adalah melakukan hal-hal yang orangtua tidak dapat atau tidak sempat memberikannya di rumah, yaitu memberikan pendidikan anak sebaik mungkin , agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

Di Taman Bermain dan TK Pestalozzi, Cibubur misalnya dalam kelas-kelas kecil dengan maksimum 12 anak, guru dapat melakukan pendekatan secara individual, karena anak itu tidak bisa dibandingkan dengan anak yang lain. Anak bisa berkembang secara lebih sempurna dengan mengacu pada kecerdasan yang dimilikinya dan setiap anak mempunyai ragam kecerdasan yang berbeda-beda.

Howard Gardner dengan teori Multiple Intelligence (MI) memberi kemungkinan kepada orangtua/guru untuk dapat mengenali kecerdasan apa saja yang dimiliki masing-masing anaknya, agar bisa menerapkan cara yang tepat dan efektif untuk mengoptimalkan kecerdasan tsb di Sekolah, kemudian bisa dilanjutkan di Rumah.

- Apa itu Multiple Intelligence (MI)?

Menurut penelitian pakar pendidikan saat ini keberhasilan anak ditentukan oleh IQ hanya 20% saja, sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor eksternal lain. Jadi sistem pendidikan yang lebih menekankan pada pengembangan belahan otak kiri/unsur kognitif (logika, matematika, berpikir sistematis dll), tanpa mengimbanginya dengan pengembangan belahan otak kanan (seni, musik, berpikir holistic, keterampilan berbahasa, kreativitas, imajinasi dll) tidaklah mencukupi, malah bisa membuat anak stres.

Dengan teori MI nya Gardner menekankan, bahwa kecerdasan tidak hanya berupa kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas di sekolah saja yang lebih banyak kaitannya dengan kemampuan verbal logis, melainkan kecerdasan itu adalah kumpulan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami informasi, mengumpulkan fakta dan menyampaikan pengetahuan yang didapatnya. Gardner membagi kecerdasan majemuk anak menjadi 8 kategori yaitu:

· Kecerdasan Linguistik (kemampuan berbahasa dan merangkai kata),

· Kecerdasan logis-matematika ( berhitung, matematika, bermain dengan

angka dll),

· Kecerdasan visual-spasial (kemampuan berimajinasi dengan ruang dan

warna),

· Kecerdasan musikal (kemampuan bermusik, bernyanyi ,memainkan

instrumen,dll),

· Kecerdasan Kinestetik/Gerak Tubuh (Kemampuan berolahraga, menari,

senam dll),

· Kecerdasan Interpersonal (Kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dll),

· Kecerdasan Intrapersonal (Kemampuan mengenal dan memahami diri sendiri

dll),

· Kecerdasan Naturalis (Kemampuan menjaga lingkungan sekitar,

mengobservasi alam, Flora dan Fauna dll)

- 1. Kecerdasan Linguistik

Anak-anak yang berbakat dalam linguistik dapat distimulasi dengan mengucapkan, mendengar dan melihat kata-kata . Cara terbaik adalah melakukan tanya-jawab setiap selesai melakukan kegiatan, memperlihatkan gambar-gambar, mendengarkan kaset/rekaman dan menciptakan kesempatan untuk latihan menulis dan mencoret-coret. Dalam bermain kenalkan anak pada huruf dan angka. Bermain bisa dilakukan dengan peralatan sederhana, misalnya koran dan pensil. Mintalah anak melingkari huruf A, B ....dan seterusnya pada kalimat yang ada di koran. Hal yang sama dapat dilakukan dengan angka 1, 2, 3..... dst. Pemahaman anak terhadap huruf bisa kita stimulasi dengan permainan tebak kata, misalkan dengan menyebutkan benda-benda yang berawalan A, B, C ...dst. Selain itu kita juga bisa menanyakan huruf apa yang mengawali kata „ ayam“, „bebek“, „cicak“, „domba“.....dstnya, sambil menirukan suaranya atau gerakannya.

Anak diatas 3 tahun sangat senang bermain tebak-kata. Perbendaharaan kata dapat kita ajarkan dengan menerangkan ciri-ciri binatang, buah atau tanaman, sambil kita mengajarkan anak itu untuk merangkai kata tentang gambar-gambar yang dipotong dari majalah/surat kabar yang kita laminating. Biarkan anak mengungkapkan pikirannya tentang gambar-gambar tsb. Ajak anak menyusun gambar-gambar itu menjadi satu rangkaian cerita atau suruhlah anak menceritakan pengalamannya hari ini atau kemarin.

Pada usia 4-5 tahun, anak biasanya sudah bisa menulis, berilah pensil dan kertas. Latihlah anak mengungkapkan perasaannya dengan menulis kalimat pendek: „Aku cinta mama“, „Aku sangat senang“ dll. Bila usia bertambah, misalnya 6 tahun, ajarkan anak untuk mengungkapkan keinginannya dalam beberapa kalimat pendek dan berurutan. Kecerdasan linguistik mencakup kemampuan mendeskripsikan sesuatu tidak hanya tertulis saja, melainkan juga secara lisan. Oleh karena itu ajarkan anak bisa berdiskusi, bermain peran, misalnya jadi dokter, guru dll. Dalam melakukan permainan, perdengarkan lagu-lagu dengan bermain merebut meja/kursi, misalnya atau siapa yang duluan duduk atau berdiri, sambil bertepuk tangan mengikuti irama, dll.

- 2. Kecerdasan Logis-Matematis

Permainan yang penuh strategi dan eksperimen untuk anak usia 1-5 tahun banyak dijual di pasaran, namun sebaiknya anak dikenalkan dengan benda-benda yang konkret/nyata terlebih dahulu, sebelum ke benda-benda abstrak. Karena dengan benda-benda konkret anak bisa menyentuh,meraba dan memegangnya, kemudian menjadikannya bahan percobaan:

· Mengelompokkan Benda-Benda (2-4 tahun)

Benda harus diklasifikasi dan diberi kategori mengikuti konsep logika dan matematika, contohnya sendok makan/teh dari sekelompok alat makan dan mengelompokkan permen coklat berlapis warna-warni berdasarkan warnanya atau bentuknya. Orangtua/Guru dapat mengkombinasikan permainan dengan pengenalan bilangan, melakukan pengurangan dan penjumlahan sederhana.

· Mengenalkan Lagu/Syair yang memakai Bilangan (2-4 tahun)

Berhitung juga bisa dilakukan dengan lagu atau syair berirama untuk mempelajari berbagai tema dengan muatan dasar berhitung, sambil mempergakan jari sesuai dengan bilangan yang dinyanyikan. Hal ini akan membuat anak paham tentang konsep bilangan dengan berpikir lebih abstrak.

· Mengukur Telapak Kaki (3-4 Tahun)

Menggunakan satuan standar untuk mengukur panjang seperti penggaris dan kali ini gunakan pola kaki yang terbuat dari kertas, bisa pola kaki sendiri atau dari mama, papa atau adik. Ini sudah merupakan konsep matematika. Kegiatan ini sangat menyenangkan, apalagi bila yang diukur adalah bagian tubuhnya. Pada awalnya bantulah anak membuat pola kakinya sendiri yang kemudian digunting dan dijiplak diatas kertas karton manila dengan warna berbeda-beda dan hitung jumlahnya sesuai warna tsb.

· Konsep Berat dengan Batang Kayu atau Gantungan Pakaian (3-6 Tahun)

Kaitkan tali pada pijakan kayu yang berada diatas, lalu ikatkan pada penggantung pakaian. Setelah itu kaitkan gelas plastik yang kosong di gantungan kiri dan kanan. Biarkan anak mengisi gelas kosong itu dengan benda-benda dan sebutkan mana yang lebih berat, yang kiri atau kanan, hitung jumlahnya pada masing-masing gelas. Kemudian anak disuruh membuat sendiri alat timbangan sederhana.

· Permainan dengan Kalkulator (3-6 Tahun)

Anak suka bermain dengan peralatan yang ada di rumah. Berikan dia kalkulator, agar dia cepat akrab dengan lambang bilangan, termasuk bilangan „0“. Beritahu anak cara menggunakan kalkulator, bagaimana menampilkan bilangan dan juga menghapusnya.

· Mengenalkan Konsep Bilangan „0“ (2-4 Tahun)

Bila anak sudah menguasai bilangan 1-10, barulah konsep bilangan „0“ bisa diajarkan. Permainan dimulai dengan menghitung benda-benda yang dilekatkan pada papan berperekat atau bermagnet. Cobalah ambil gambar itu satu-satu, sambil menghitung sisanya. Lakukan berulang kali sampai tidak ada lagi gambar yang tersisa pada papan, bahwa yang dilihat anak pada papan adalah „0“ gambar dan perkenalkan wujud tulisan „0“ dan suruhlah anak menulisnya.

- 3. Belajar Visual-Spasial

Kemampuan visual-spasial anak dapat distimulasi dengan penggunaan gambar, visualisasi dan permainan warna. Sediakanlah alat-alat yang diperlukan seperti crayon, pensil warna,cat air, kertas, atau gabus. Biarkan anak menggambar bebas untuk mengembangkan imajinasinya atau dengan mengikuti contoh gambar. Saat anak menggambar, imajinasi dan kreativitas anak terangsang. Dengan begitu anak bisa dengan mudah mengekspresikan dirinya. Kemudian kenalkan anak dengan warna-warna dasar terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan pencampuran warna. Anak bereksperimen mencampurkan warna merah dengan putih, terciptalah warna baru yaitu merah muda. Pertama kali anak mengalami ini, dia sudah melalui satu proses kreatif yaitu membuat sesuata yang tadinya tidak ada menjadi ada.

Untuk dapat menggambar, anak harus melalui tahapan mencoret-coret seperti benang kusut dulu, baru kemudian terlihat ada garis dan kurva-kurva. Semakin lama garis dan kurva tsb semakin jelas bentuknya. Gerakan anak mencoret-coret dan menarik garis disebut motorik halus. Selain itu gerakan mencoret ini melatih koordinasi mata dan tangan yang akan menuju pembentukan huruf dan angka. Coretan merupakan tahapan menggambar dan juga sarana untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak. Ini merupakan satu kemampuan untuk mendukung kecerdasan visual-spasial. Coretan merupakan manisfestasi imajinasi anak.

Mulai usia 2 tahun anak biasanya suka mencoret-coret dinding. Lapisilah dinding kamar tidur anak dengan kertas gambar tebal berukuran besar atau kertas biasa yang disambung-sambung, hingga berukuran agak besar.Bebaskan anak untuk mencoret dan berikan lagi bila anak meminta kertas berulang-ulang. Kemampuan visual-spasial juga bisa distimulasi dengan bernyanyi tentang pemandangan, agar anak tahu konsep sawah, gunung, bukit, langit dll. Musik membuat anak semakin pintar, sebab ada hubungan erat antara musik dan penampilan tugas-tugas spasial.

Selain itu anak bisa diajarkan membuat prakarya, dan media yang dipakai biasanya kertas warna, sedotan, tali raffia, cat air, kapas ataupun kertas tisu. Dalam membuat prakarya, anak dituntut untuk berkreasi dan berimajinasi dengan memanipulasi kertas, cat atau bahan lainnya menjadi sesuatu. Dalam mengembangkan kecerdasan visual-spasial anak kita harus tahu tahapan-tahapannya. Misalnya anak umur 2 tahun jangan disuruh menggambar rumah, karena anak seusia ini belum bisa memegang crayon atau pensil warna dengan baik. Perkembangan motorik halusnya memang belum mencapai kematangan untuk menggambar dengan bentuk jelas. Berikan kertas bergambar yang bisa diwarnai dengan mencoret-coret, arahkan coretan vertikal atau horisontal.

- 4. Belajar Cara Kinestetik/Gerak Tubuh

Kecerdasan ini dapat distimulasi dengan menari, bermain peran, permainan dengan gerakan tangan, melompat, berlari, bermain drama, latihan-latihan olah tubuh seperti senam anak, renang, bermain tenis, sepak bola atau melakukan pantomim dll. Karena itu carilah Taman Bermain atau Taman Kanak-Kanak yang menyediakan fasilitas kolam renang misalnya atau tempat bermain yang memadai. Dalam melakukan kegiatan olah tubuh misalnya, bisa diperdengarkan musik dan gerakan anak mengikuti irama dll. Biasanya anak yang cerdas kinestetik gerakannya lincah dan tubuhnya lentur, anaknya periang, menyukai musik dan disukai lingkungannya.

- 5. Belajar dengan Cara Musikal

Menurut Gardner kecerdasan musik anak bukan seperti tanggapan orang pada umumnya merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, melainkan dapat dirangsang dan diasah sejak dini. Anak-anak diajarkan melalui irama dan melodi. Semua bisa dipelajari dengan mudah, bila hal itu dinyanyikan atau diberi aba-aba dengan ketukan menurut irama. Anak diperkenalkan dengan lagu-lagu dan ritme. Pengenalan lagu-lagu harus dilakukan secara bertahap dan sesuai usia. Mulailah dengan syair yang pendek dulu seperti „Cicak,Cicak“, „Twinkle, Twinkle“ kemudian ke syair yang lebih panjang, misalkan „Balonku“. Lakukan latihan dengan beragam ritme, cepat dan lambat secara bergantian. Kemudian bisa divariasikan dengan gerakan atau gaya misalnya dalam menyanyikan “Topi Saya Bundar” atau “Kupu-Kupu”. Setelah itu anak diajarkan menirukan bunyi instrument seperti gitar, gendang sesuai ritme lagu dll. Dengan disiplin yang tinggi dan latihan yang teratur, anak bisa menyanyi dan memainkan alat musik tertentu, misalnya piano, orgen, gitar, dll.

- 6. Melatih Kecerdasan Interpersonal

Anak-anak diajarkan berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka perlu diarahkan untuk berkomunikasi dengan oranglain dan guru dengan baik. Banyak permainan yang dapat dibuat untuk meningkatkan dukungan kelompok, penetapan aturan dan prilaku, kesempatan bertanggung-jawab, toleransi, tidak egois, menyelesaikan masalah bersama-sama. Permainan ini memerlukan kesabaran yang tinggi. Karena pada usia 2-5 tahun anak masih berada pada taraf egosentris, yaitu tertuju pada kemauannya sendiri, bukan orang lain.

Pada mulanya dengarkanlah pendapat anak terlebih dulu, barulah kita berikan alternatif pendapat lain. Dengan cara ini anak akan mengenal perbedaan pendapat dan cara-cara mengatasinya. Kemampuan bersosialisasi dapat juga dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan sosial, misalkan membersihkan halaman dan lingkungan sekitar bersama-sama atau mengunjungi orang yang tertimpa musibah banjir, gempa dll. Dengan cara ini anak dapat dirangsang untuk mempunyai kepekaan sosial, memahami dan mengerti perasaan orang lain dan selalu bersyukur akan kehidupannya yang lebih baik.

Jelaskan dan ajarkan anak untuk bersikap yang seharusnya, jika menghadapi orang yang tertimpa musibah. Selain itu anak juga diajarkan untuk bersikap ramah-tamah terhadap orang sekitarnya, sehingga hubungan berkomunikasi tidak terganggu dan kesalah-pahaman tidak terjadi. Kemampuan interpersonal juga bisa diajarkan dengan mendengarkan orang lain, membiarkan orang lain selesai berbicara dan berbicara sesuai gilirannya. Hal ini dapat dilatih dengan permainan „Tongkat berbicara“. Dengan permainan ini, anak dilatih kesabarannya untuk menunggu giliran berbicara dan mendengarkan pembicaraan anak lain/guru terlebih dahulu. Orangtua/Guru dapat memberikan tongkat yang telah dihias lucu dan diberikan kepada anak yang ingin berbicara, sementara anak lain menunggu gilirannya dan mendengarkan. Anak yang memegang tongkat ini dapat berbicara singkat, jelas,beraturan dan jujur.

- 7. Bermain Dengan Cara Intrapersonal

Dalam hal ini anak diarahkan untuk bekerja sendiri dan memilih kegiatan yang paling disukai dan mampu memahami dan mengenal dirinya sendiri. Untuk melatih kemampuan ini, kita dpat memberikan permainan-permainan dengan berbagai perasaan, misalnya menunjukkan perasaan sedih, gembira, kesal, kecewa, bahagia dll. Sebelumnya kita harus menunjukkan dulu berbagai perasaan dan emosi tsb diatas, dan terangkanlah situasi-situasi yang menimbulkannya dan barulah anak memainkan peran sedang sedih,kesal dll. Dalam hal ini anak harus dibantu dengan memberitahu emosi apa yang dia sedang alami saat itu. Kegiatan seperti ini sangat memperkaya batin anak dan membantu anak memahami diri sendiri dulu dengan baik, sebelum dia memahami perasaan orang lain/guru dan temannya.

Pada anak Autistik misalnya, karena lebih banyak asyik dengan diri sendiri, justru lebih banyak distimulasi kecerdasan interpersonalnya yaitu berinteraksi dengan teman/guru atau dibuat tertarik dengan hal-hal yang di luar dirinya. Perangsangan emosi sangat penting bagi mereka untuk memperkaya emosinya yang terbatas dan untuk mengenali apa yang terjadi didalam perasaan dan emosinya itu. Kemampuan intrapersonal ini sangat baik dikembangkan dengan permainan tanya-jawab tentang perasaan dan emosinya, misal „Kamu senang melakukan apa?“, „Kamu takut akan apa?“, „Kenapa kamu hari ini kelihatan sedih?“ dll atau biarkan anak bermain peran dengan tokoh yang dikagumi atau dicintainya. Kegiatan ini dapat pula dilakukan dengan menggunting dan menempel gambar-gambar yang mencerminkan minat dan deskripsi harapan, impian, keinginan, perasaan dan emosi diri..

- 8. Kecerdasan Naturalis

Belajar dengan cara naturalis dapat dilaksanakan di alam terbuka, misalnya dengan kegiatan „walking out“ di sekitar Taman Bermain/Taman Anak-Anak. Hal ini baru dapat dilaksanakan, bila lokasi sekolah terletak di perumahan yang aman, nyaman, asri, dekat danau dan bebas polusi, karena tidak dilewati kendaraan umum. Dalam melakukan jalan-jalan pagi ini anak diperkenalkan dengan alam sekitar, bisa sambil membawa kaca pembesar dan teropong, sehingga dapat mengeksplorasi dan meneliti. Di kelas dapat dilakukan tanya-jawab tentang apa saja yang dilihat atau adakan permainan tebak kata tentang binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terlihat di jalan atau membuat aquarium dengan berbagai jenis ikan dan tumbuhan laut atau mewarnai serangga seperti capung, kupu-kupu, lebah atau menggambar dan mencat gambar pelangi, pohon, daun, awan atau mengumpulkan seri perangko buah-buahan dll.

Selain 8 (delapan) kecerdasan dari Gardner, kita bisa menambahkan satu jenis kecerdasan lagi disini yaitu Kecerdasan Moral dengan melatih anak kita sbb:

- Kecerdasan Moral

Pelatihan dapat dilakukan dengan membacakan cerita-cerita yang ada pesan moralnya. Ajarkan untuk selalu taat pada aturan permainan, jangan berbohong, jangan menipu, harus jujur dan mengetahui antara yang baik dan buruk dll. Pesan moral dapat juga disampaikan dengan permainan boneka jari dan boneka tangan, membentuk cerita dengan peran ayah dan ibu dll. Hal ini juga dapat dilakukan dengan media audio-visual, perlihatkan film CD atau DVD yang mengandung pesan moral dan ajaran etika melalui tokoh-tokoh kartun atau mendengarkan cerita melalui kaset. Cerita yang dipilih harus diseusaikan dengan tema yang mau diajarkan dan usia anak.

Dengan mengetahui berbagai jenis permainan orangtua/guru dapat mengaplikasikan ajaran Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence/MI) dari Howard Gardner dalam keseharian anak. Semoga saran-saran di atas dapat membantu orangtua/guru dalam mengoptimalkan potensi kecerdasan tertentu yang dimiliki anak. Karena orangtua/guru seharusnya yang paling tahu bagaimana keadaan dan kemampuan si anak. Oleh sebab itu kita harus tahu betul si anak sekarang berada pada tahap perkembangan dimana, baik perkembnagan motorik halus dan kasarnya, kognitif, emosi dan sosialnya. Kita sebaiknya menguasai pengetahuan tentang kemampuan anak usia 2, 3, 4, 5 dan 6 tahun.

Semua permainan yang kita lakukan harus disesuaikan dengan perkembangan usianya dan kemampuan yang dimilikinya. Disini perlu diingatkan kembali, bahwa orangtua/guru sangat perlu menerapkan cara yang tidak sama terhadap anak-anaknya, karena setiap anak berbeda dan „unik“. Inilah ynag disebut pendekatan secara individual. Jadi pada anak si A misalnya yang suka bercerita, berikanlah stimulasi yang lebih menekankan pada kecerdasan linguistik. Sementara pada anak si B yang kecerdasan gerak tubuh yang menonjol, berilah stimulasi dengan permainan lompat tali, engklek atau bergerak dengan irama dll. Namun pada tahap awal orangtua/guru wajib mengenalkan semua kecerdasan yang ada dan merangsangnya, sehingga bisa terlihat pada masing-masing anak mana dan bidang apa yang paling menonjol pada anak kita.

Mulai saat ini kita harus memandang anak dengan paradigma baru. Apakah tujuan kita mendidik anak? Sekadar bisa baca tulis?, atau jago matematika ? atau menyiapkan anak, agar bisa bersaing nantinya, karena dikembangkan keunikannya , sehingga mempunyai modal untuk menjadi sosok yang tegar dan tangguh?, dll. Selain upaya mengasah kecerdasan anak, anak juga harus diberi motivasi yang kuat, membuat yakin akan kemampuannya dengan memberikan cinta kasih dan perhatian, tidak memaksakan kehendak. Misalnya bila dua anak mempunyai kemampuan naturalis yang menonjol, namun bila dikembangkan dengan kemampuan yang berbeda yang disukai anak, contoh kecerdasan interpersonal atau logis-matematika, maka kombinasi ini juga menghasilkan perilaku berbeda pula. Dalam hal ini pemahaman orangtua/guru amat diandalkan, agar kemampuan anak bisa berkembang optimal. Yang penting janganlah mematok harapan yang terlalu tinggi terhadap anak didik.

Kewajiban kita adalah membimbing dan mengasuh si anak dengan harapan yang baik dan mengarahkannya dan merangsang panca indera secara optimal, serta menghindari tuntutan yang berlebihan. Jangan lewatkan masa emas anak 0-6 tahun, dimana otak anak berkembang cepat sekali dan sayang bila orangtua tidak berperan dalam menstimulasi kecerdasan anaknya.

Selasa, 09 Februari 2010

dampak positif & negatif dari hP

DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF DARI HP

Kalian semua sudah tahu dan pasti punya yang namanya Hp baik dikalangan remaja,ana-anak ,dan orang tua.Tapi tahukah kalian Hp memiliki dampak positif dan negative.Berikut dampak positif dan negatifnya:

1.dampak positifnya antara lain:

  • Kita bisa mengirim pesan tanpa menggunakan jasa kantor pos dan tidak memandang jarak orang yang kita kirimi surat atau pesan.
  • Kita bisa komunikasi atau berbincang-bincang dengan teman,saudara maupun pacar kita tanpa harus dating ke rumah orang yang kita mau kita ajk bicara dan tidak memandang jarak.
  • Dan karena ada jasa internet di Hp kita bisa cari informasi dan berita

2.dampak negatinya antara lain:

  • Membuat kita jadi boros karena setiap minggu kita harus isi pulsa
  • Membuat kita jadi malas belajar karena jadi suka sms-an
  • Kita jadi lupa waktu karena seringnya kita sms-an
  • Kita jadi lupa sholat dan bahkan lupa makan serta mandi
  • Tapi semua itu belum seberapa parahnya karena hp bisa buat kita

3.Kesimpulan : jadi,kita boleh-boleh saja menggunakan handphone (HP) tetapi jangan sampai di persalah gunakan.



NAMA :ANEU NIRWANA
KELAS : 9-E

Selasa, 02 Februari 2010

Persib gUe bUanGet



My Heart


.ich woooowWW. . .guANTEnG buanGet eaa. . .

Selasa, 12 Januari 2010

Tipe anak taziex

1. Baik
2.yG pZti pD cUakEp" eaA. . .
3.aNk"y jG pD sRu lHoO . . .
4.gX kHn nYseL dCh lW kLIaN GbUNg mA aNk" BoZa TaziEx